A.           PERMASALAHAN 
        Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Jika mendengar istilah sampah pasti yang terlintas dalam pikiran kita adalah setumpuk limbah yang menimbulkan aroma busuk yang sangat menyengat. Terlebih lagi jika  setumpuk sampah itu berada di tepi sungai dan samping jalan.
          Sungai atau yang biasa disebut kali oleh warga Desa Jungpasir merupakan suatu tempat dimana masyarakat desa melakukan aktivitas mulai dari mencuci hingga mandi. Tetapi, saat ini masyarakat sudah banyak yang berganti dengan saluran air PDAM hingga merasa sudah memerlukan air yang di sungai lagi. Hal ini menyebabkan, banyak sungai disekitar Desa Jungpasir dialih fungsikan menjadi tempat pembuangan air sisa mandi dan mencuci sehingga airnya tercemar. Namun, ironisnya warga juga banyak yang membuang sampah baik organik dan anorganik di tepi sungai dan lama kelamaan seluruh sungai tertutup oleh sampah masyarakat.
        Kurang kesadarannya masyarakat desa Jungpasir menyebabkan membuang sampah di kali menjadi hal biasa dan lumrah dilakukan. Padahal sebagian masyarakat yang membuang sampahnya di kali sadar bahwa dampak yang ditimbukan dari perilaku mereka. Namun, meskipun demikian mereka tetap saja membuang sampah-sampahnya di kali

1.      Pengaruh linngkungan merupakan suatu faktor besar yang memicu munculnya suatu perilaku.
       Perilaku membuang sampah sembarangan  tentu tidak pernah lepas dari pengaruh lingkungan sekitar. Saat ini, membuang sampah sembarangan sudah menjadi pola perilaku yang dianggap biasa atau legal karena semua orang melakukannya. Hal ini menyebabkan perilaku membuang sampah sembarangan menjadi suatu benttukan perilaku yang terinternalisasi di dalam pikiran bahwa membuang sampah sembarangan bukanlah hal yaang salah.
2.      Tempat yang kotor dan banyak sampah
Tempat yang asal mulanya dipenuhi sampah membuat masyarakat beranggapaan bahwa itu lah tempat pembuangan sampah. Jadi, dengan tanpa bersalah mereka membuang sampah-sampahnya setiap hari di kali.
3.        Tidak adanya tempat penampungan sampah
Tidak adanya tempat penampungan sampah yang disediakan oleh Pejabat Desa merupakan penyebab yang sering diungkapkan oleh masyarakat. Kurangnya tempat pembuangan sampah membuat masyarakat sulit untuk membuang sampahnya. Jadi, orang dengan mudah membuang sampahnya di kali yang dianggap sebagai tempat pembuangan sampah.
B.        DAMPAK YANG DITIMBULKAN
Sampah-sampah yang berserakan serta bertumpukkan di kali ini dapat mengundang lalat, pertumbuhan organisme yang membahayakan, dan mencemari sungai. Sehingga dampak yang negatif yang ditimbulkan cukup banyak. Dampak yang ditimbulkan antara lain:
1.      Dapat menyebab penyakit, salah satunya penyakit DBD yang meningkat dengan cepat. Selain itu, juga dapat mengganggu pengguna jalan karena letak sungai yang dekat dengan jalan raya.
2.      Berdasarkan penelitian anggapan bahwa sampah dapat menimbulkan pemanasan global adalah benar. Sampah yang dibuang sembarangan berkontribusi dalam mempercepat pemanasan global, karena sampah dapat menghasilkan gas metan (CH4) yang dapat merusak atmosfer bumi. Gas metan mempunyai kekuatan merusak hingga 20-30 kali lebih besar dari karbondioksida (CO2).
3.        Sampah dapat menyebabkan banjir. Sampah yang dibuang di sungai lama kelamaan akan menumpuk dan dapat menyumbat aliran sungai sehingga air tidak dapat mengalir dengan lancar. Seperti kejadian beberapa bulan lalu yang terjadi hampir di seluruh desa Jungpasir dan sekitarnya yang salah satunya disebabkan sampah yang menyumbat di kali serang (aliran kali yang menghubungkan Demak, Jepara, dan berakhir di Blora).

Selain yang disebutkan di atas, masih banyak lagi dampak-dampak yang dapat ditimbulkan akibat sampah yang dibuang sembarangan di kali oleh masyarakat dan dampak tersebut akan merugikan masyarakat itu sendiri
C.                  SOLUSI
Ada beberapa solusi yang mungkin dapat dilakukan untuk mencegah perilaku masyarakat yang sering membuang sampah di sungai agar tidak tercemar, antara lain:
1.        Memberikan pengertian dan penjelasan kepada masyarakat akan pentingnya fungsi sungai bagi kelangsungan hidup. Jika masyarakat tahu pentingnya sungai maka kemungkinan kecil mereka akan berhentti dari kebiasaan buruknya membuang sampah di sungai.
2.        Menyediakan tempat penampungan sampah.
Memberikan pengertian dan penjelasan tentu tidak ada gunanya tanpa adanya tindakan. Untuk itu agar kebiasaan buruk masyarakat dapat berkurang dapat dilakukan dengan cara menyediakan tempat penampungan sampah yang terakhir. Dengan adanya tempat penampungan sampah, masyarakat dapat membuang sampah-sampahnya di tempat yang disediakan oleh Desa.
3.    Alternatif mengolah sampah dengan prinsip reduse, reuse, recycle, dan replace.
Sampah yang akan dibuang harus dipilih sehingga setiap bagian dari sampah dapat di daur ulang secara optimal. Hal ini jauh lebih baik dibandingkan membuang sampah organik dan nonorganik secara tercampur karena dapat merusak dan mengurangi nilai material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan dari sampah-sampah tersebut. Selain itu juga dapat dilakukan dengan cara mengganti barang sehari-hari dengan barang yang tidak hanya bisa dipakai sekali tetapi barang yang lebih tahan lama dan dapat digunakan secara berulang serta ramah lingkungan.
4.    Melakukan gotong royong untuk membersihkan sungai.
Masyarakat dapat mengurangi pencemaran sungai dari sampah-sampah dengan cara melakukan gotong royong membersihkan sungai. Hal ini dapat dilakukan setidaknya sebulan sekali secara rutin agar sungai selalu bersih dan dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat. Membersihkan sungai tidak harus menunggu datangnya banjir, seperti kejadian beberapa bulan yang lalu masyarakat baru bergotong royong setelah menyadari bahwa sampah yang ada di kali sudah terlalu banyak dan menyumbat alirannya.

Posting Komentar

 
Top